free page hit counter
Blogging Should Be Fun !

Generasi Damai: Generasi Salam (Hikmah Pandemi di Bulan Ramadhan, membangun Koneksi Umat)

“The best way to find yourself is to lose yourself in the service of others.”

Mahatma Gandhi-

Berawal dari Ucapan

Dari sekian banyak nilai-nilai perdamaian yang Islam ajarkan, salah satu hak yang dimiliki seorang muslim adalah “mengucapkan” hingga sedia menebarkan salam. Dalan suatu keterangan hadis yang cukup popular disebutkan bahwa:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رضي الله عنه – قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – – حَقُّ اَلْمُسْلِمِ عَلَى اَلْمُسْلِمِ سِتٌّ: إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ, وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ, وَإِذَا اِسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْهُ, وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اَللَّهَ فَسَمِّتْهُ وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ, وَإِذَا مَاتَ فَاتْبَعْهُ – رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hak muslim kepada muslim yang lain ada enam.” Beliau shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”(1) Apabila engkau bertemu, ucapkanlah salam kepadanya; (2) Apabila engkau diundang, penuhilah undangannya; (3) Apabila engkau dimintai nasihat, berilah nasihat kepadanya; (4) Apabila dia bersin lalu dia memuji Allah (mengucapkan ’alhamdulillah’), doakanlah dia (dengan mengucapkan ’yarhamukallah’); (5) Apabila dia sakit, jenguklah dia; dan (6) Apabila dia meninggal dunia, iringilah jenazahnya (sampai ke pemakaman).” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 2162]

Berdasarkan keterangan hadist tersebut, tidak ada salahnya kita coba pertanyakan ulang, lebih sebagai bentuk ikhtiar untuk menggali esensi dari pesan yang dimaksud. Paling tidak akan muncul pertanyaan pokok yang mungkin cukup mendasar: mengapa seorang muslim diberikan hak oleh Alloh dan Rasul-Nya untuk mengucapkan salam? Mengapa tidak diberikan hak untuk bagi-bagi pulsa dan kuota? Jawaban iseng dari dua pertanyaan tersebut, bisa ditanggapi santai tentunya. Pertama, zaman Rasul belum ada pulsa dan kuota, jadi mana mungkin ada perintah dan anjuran bagi-bagi pulsa dan kuota. Kedua, kalau untuk urusan mengucapkan salam, insyaallah semua orang bisa, bahkan bagi orang yang tunawicara sekalipun bisa menyampaikan salam dengan cara memberikan isyarat pun bisa. Bukankah demikian? Dalam hal gini aja Islam udah keren; memberikan hak yang bisa dilakukan oleh semua kalangan, semua golongan. Artinya ajaran Islam tidak pernah memberatkan penganutnya dalam menjalankan haknya. Apalagi kalua kita sedia menggali effect dari mengucapkan salam!

Hal sederhana dari effect memberikan hingga menebar salam, misalnya; apa yang kamu rasakan jika ada orang bertamu ke rumahmu, tanpa basa-basi, apalagi mengucapkan salam?… lalu bandingkan dengan orang hendak bertamu ke rumahmu, sembari mengucapkan salam dengan lemah ,lembut dan penuh dengan senyuman? Kedamaian mana yang kamu rasakan? Namun masalahnya, karena saking seringnya salam disampaikan, yang terjadi malah terdengar cuma sekadar formalitas alias sekadar Say Hallo aja, yang seolah tidak ada muatan pesan yang berbobot didalamnya. Lalu apakah ucapan salam: Assalamu’alaikum warah matullahi wabarakatuh, memangnya memiliki isi pesan yang berbobot? Mari kita coba bongkar, biar kepala dan kesadaran kita turut mekar!

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh kurang lebih bisa diartikan : semoga Allah memberikan keselamatan, Rahmat dan Keberkahan kepadamu. atau Semoga keselamatan dan rahmat Allah serta keberkahannya terlimpah kepadamu/kalian. Coba, gimana gak keren Islam. Bahkan dalam mengucapkan salam aja, senantiasa melibatkan Sang Maha Pencipta. Karena itu artinyauacap salam bukan sekadar ucapan, namun turut melibatkan Allah dalam urusan salang menjaga keselamatan, karena sejatinya Allah lah Sang Pemberi Selamat untuk kita semua. Selain itu, ini adalah bentuk konkrit ajaran Islam dalam memanifestasikan ajaran-ajaran dalam tindakan keseharian. Maka jelas banget beda antara Just Say Hallo dengan mengucapkan salam. Say Hallo bisa aja dimaknai hanya sekadar bentuk tegur sapa yang bagian dari sopan santun (Tanpa melibatkan Allah didalammnya), sementara Assalamu’alaikum warah matullahi wabarakatuh, bukan hanya sekadar ucapan akan tetapi bentuk pengejawantahan keyakinan dengan melibatkan Allah dalam perangai atau kata lain dari akhlakul karimah seorang muslim, dan ini mengandung nilai-nilai ibadah hingga pahala dihadapan Allah SWT.

Tentunya, pemberian hak ini bukan sekadar “mengucapkan atau menyebarkan”, kita bisa kaitkan dengan tuntunan ajaran Islam lainnya yang menghubungkan perilaku atau akhlakul karimah; ucapan yang mesti didasari atasnama cinta. Mari kita baca dengan segenap keterbukaan jiwa keterangan hadist berikut ini: Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

Tidaklah beriman seseorang di antara kalian sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari, no. 13 dan Muslim, no. 45; dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu).

Coba gimana gak keren ajaran Islam?, ajaran damainya aja sudah ada sejak dalam perilaku keseharian dengan senantiasa melibatkan Allah, dan cinta kepada Allah artinya cinta kepada sesama mahluknya sebagai bentuk sikap damai dihadapan Allah swt, yang tentunya insyaallah akan memberikan dampak damai dalam keseharian sesama mahluk. Karena urusan damai itu bukan hanya sekadar gagasan, namun ada dalam tindakan keseharian!

Tindakan Salam

Suatu ketika, Rasulullah pernah menegur seorang sahabat bernama Kildah bin Hambali saat berkunjung ke rumahnya tanpa mengucapkan salam. “Kembalilah, dan ucapkanlah salam lebih dahulu dan kemudian tanyakan apa boleh masuk ke dalam rumah.” (HR at Turmizi).

Ucapan salam ini tentunya tidak boleh hanya dijadikan sekadar basa-basi, namun harus dibarengi dengan niatan hati yang selalu bersandar kepada Illahi Rabbi sebagai bentuk Tindakan hati yang suci. Jadi, sudah jelas bahwa ucapan salam merupakan suatu doa yang seharusnya diucapkan dengan ikhlas kepada sesama muslim. Karena pabila kita ucapkan salam dengan segenap hati dengan niatan suci, insyaallah akan menjadi ikhtiar dalam saling meringankan dosa satu sama lainnya. Hal ini didasarkan pada sabda Rasulullah yang menyatakan bahwa dosa-dosa orang yang bersalaman itu berguguran sebagaimana gugurnya daun. “Jika seorang mukmin bertemu dengan mukmin yang lain, ia memberi salam padanya, lalu meraih tangannya untuk bersalaman maka berguguranlah dosa-dosanya sebagaimana gugurnya daun dari pohon.” (HR Ath Thabrani dalam Al Ausath, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 2/59)  

Gimana, dahsyat gak? Hanya dengan mengucapkan salam yang berlandaskan keyakinan teguh kepada Allah Swt aja, dengan Tindakan tersebut, bukan hanya sekadar bekin damai di dunia saja, namun insyaallah akan terbawa effectnya hingga ke akhirat nanti. Inilah bedanya antara tindakan yang hanya berlandaskan kemanusiaan semata dengan tindakan yang selalu melibatkan Allah SWT. Dengan kata lain, keselamatan dalam bentuk Tindakan mengucapkan salam saja, bukan sekadar untuk memberikan ketentraman di dunia saja, namun hingga ke akhirat.

Dengan demikian penting kiranya, kita sebagai bagian dari generasi damai, untuk segera mengevaluasi tindakan salam kita bukan lagi sekadar basa-basi tanpa isi, namun mengucapkan salam sebagai bagian dari visi dan misi syiar islam dalam menegakkan nilai-nilai damai yang bukan hanya untuk pentingan selama hidup di dunia, namun hingga ke akhirat nanti. Karena dengan cara inilah, nilai-nilai silaturahmi atau dalam bahasa lainnya koneksi atau hubungan atau keterhubungan satu sama lain terjaga, bahkan lebih dari itu, bisa jadi sangat berdaya, karena pada setiap upaya selalu melibatkan Sang Maha Kuasa dalam mendamaikan setiap jiwa yang berbangsa-bangsa. Dengan kata lain, Tindakan mengucapkan salam bukan hanya sedakar urusan menebar jalin nilai-nilai horizontal/insaniyyah, namun tembus dan melibatkan nilai-nilai vertical/ilahiyyah.

Salam, Pandemi dan Ramadhan.

Melalui salam, yang terbar dalah kedamaian hingga terkoneksi sesame hingga antar umat. Terlebih dalam salam yang terkandung isi visi dan misi syiar Islam, sebagai ajaran yang mewartakan perdamaian demi terciptanya kebahagiaan dunia akhirat. Salam bukan sekadar ucapan atau sopan santun sahaja, lebih dari itu; bentuk pengejawantahan keyakinan sikap betauhid melalui nilai-nilai damai ilahiyyah yang berhasil dibumikan melalui ajaran ajaran yang disampaikan oleh Rasul Muhammad SAW, sebagai panutan ummat segala zaman. Salam bukan sekadar media untuk mengetuk pintu rumah, ia adalah media penyambung batin atasnama Rahman dan Rahin-Nya Allah swt untuk kedamaian alam semesta. Salam tersebar, insyaalah damai pun tercipta.

Menegakkan  nilai-nilai salam, terlebih dalam situasi pandemic yang tidak pernah pandang bulu, tentu akan sangat ada kebaikan dan manfaatnya. Karena pada dasarnya generasi damai adalah hgeberasi salam, generasi yang sedia saling mendoakan, saling menjaga, hingga saling meringankan beban satu sama lain. Artinya melalui spirit yang terkandung atas nili-nilai salam yang sarat akan nilai-nilai kemanusiaan yang terbungkus atasnama Rahman dan Rahim-Nya Allah akan menjadi salah satu obat, dan Pereda situasi kondisi pandemic. Mengatasi Pandemic tidak akan pernah cukup jika hanya menggunakan pendekatan kesehatan saja dalam upaya penyelesaiannya, sudah bareng tentu perlu melibatkan aspek disiplin ilmu dan keterampilan lainnya untuk mengatasi dan melampauinya, termasuk pendekatan spiritual/keyakinan sebagai biang imun manusia dalam meraih setiap harapan hingga mewujud dalam kenyataan.

Pendekatan spiritual, pada dasarnya memang kasat mata, namun akan terasa, walau sangat sulit untuk dibuktikan keterlitabatannya. Dengan saling mendokan dalam Kesehatan dan keselamatan sahaja, orang yang didoakan nya insyaallah akan merasa Bahagia. Bukankah itu berarti imun spiritualitas is working? Generasi damai, atau generasi salam, tiada lain adalah generasi yang senantiasa sedia melayani siapapun dia, untuk terciptanya keselamatan dan damai bagi umat. Pandemic buakn hanya dirasakan sebagaian kaum sahaja, nyaris seluruh dunia merasakannya. Namun apakah salam yang kita tebar setiap saat mampu menebar hingga mampu menggetarkan keseluruh dunia sebagaimana pandemic corona?… kalau belum mampu menggetarkan, jangan-jangan salam kita terlebih dalam situasi pandemic hanya sekadar ucapan. Ucapan yang tidak didasarkan keyakinan, yang pada akhirya tidak mampu melakhirkan tindakan dalam keseharian sebagai duta damai.

Rupa-rupanya pandemic pun, bukan hanya sekadar tak mengenal bangsa, bahkan waktu sekalipun. Yang kita bayangkan ketika tiba pada bulan Ramadhan, bisa berbuka Bersama Bersama saudara hingga handai taulan, bershalat tarawih berjamaah di masjid-masjid dan surau terdekat, mengikuti sejumlah kajian-kajian dan kegiatan positif lainnya, hingga sekadar ngabubutir Bersama, hanya gegara corona, semua kebiasaan yang mampu membuat kita bahagiapun seketika sirna. Tentunya bukan suatu kebetulan, pandemic corona hadir di bulan Ramadhan, bulan yang penuh hikmah dan pembelajaran bagi manusia-manusia yang sedia mengambil pelajaran pada sitiap peristiwa. Itu artinya, barangkali dengan Ramadhan “yang biasa-biasa” saja kita masih cukup bebal untuk sedia mengambil pelajaran, hingga kini akhirnya Ramadhan hadir satu paket bersama pandemic corona; barangkali untuk memberikan pembelajaran kembali, memberikan ujian kembali kepada kita semua; bukan sekadar ujian yang bersifat fisik, namun pondasi-pondasi keimanan pun turut serta diuji. Bagaimana tidak, disatu sisi kita “dipaksa” untuk tinggal menetap dirumah saja, sisi lain kita dituntut untuk memperjuangkan hidup kita. Diam namun harus tetap hidup.

Tentunya, sedari kita masih diberikan peluang hidup ditengah situasi seperti hari ini, walau harus sambil rebahan dan tetap di rumah aja, tidak ada salahnya dengan segala media yang ada dan yang tersedia kita bisa gunakan dan manfaatkan untuk melakukan perubahan. Situasi tidak akan pernah rubah posisi selama kita berdiam diri. Karena sejatinya generasi damai adalah generasi yang penuh dengan energi, inovasi, improvisasi dan sedia untuk berbagi serta melayani demi terciptanya damai di bumi pertiwi atasnama Illahi Rabbi.

Wallahu’alam

Bandung, 07/05/2020

Rosihan Fahmi.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

RECENT POSTS
ADVERTISEMENT
Our gallery