free page hit counter
Blogging Should Be Fun !

Kehadiran media sosial sebagai media perbincangan masyarakat saat ini, memungkinkan penggunanya untuk berinteraksi secara intens tanpa harus bertatap muka atau berjumpa secara fisik, sehingga jarak dan waktu bukan lagi menjadi soal untuk berkomunikasi. Selain bisa bertukar informasi, kehadiran media sosial kini dijadikan medium untuk melakukan aktifitas jual beli, mengekspresikan diri, mendapat pekerjaan, pemenuhan kebutuhan spiritual dan pemenuhan kebutuhan lainnya yang hanya bisa dilakukan dalam satu genggaman.

Namun disamping itu, selain menawarkan berbagai kemudahan bagi para penggunanya, sebagai ruang komunikasi dan informasi, media sosial pun berpotensi menjadi sarana untuk memfasilitasi munculnya informasi menyesatkan yang tidak berdasarkan dengan data dan fakta (hoaks), sebagai alat untuk propaganda, menyebarkan kebencian (hate speech) dan konten negatif lain, yang biasanya dilakukan oleh pengguna media sosial yang memiliki mental bigot.

Dalam dunia psikologi, istilah bigot merupakan keadaan dimana seseorang memiliki pemikiran yang sempit, penuh curiga, intoleran, dan memiliki loyalitas tinggi pada kelompok yang diyakini benar. Orang yang memiliki mental bigot, biasanya berkeyakinan bahwa siapapun atau kelompok manapun yang tidak memiliki kepercayaan yang sama dengan dirinya, maka orang atau kelompok tersebut salah. Sehingga orang tersebut selalu berpikir negatif pada orang yang berbeda, terutama berbeda suku, budaya, agama, ras dan golongan.

Dengan kondisi negara Indonesia yang memiliki keberagaman, entah suku, budaya, agama, ras, atau golongan, orang yang memiliki mental bigot tentu berpotensi mengancam keutuhan negara Indonesia. Pasalnya, orang yang demikian biasanya akan mengabaikan argumentasi orang lain, hanya karena pikirannya yang sempit dan sulit untuk toleransi terhadap keberagaman. Ia merasa apa yang ia yakini, merupakan kebennaran satu – satunya yang mutlak.

Dalam penggunaan media sosial pun, sang pemilik mental bigot biasanya enggan melakukan cross check dan mencari kebenaran informasi yang diperolehnya dikarenakan selama informasinya berasal dari kelompok yang diyakininya benar, maka informasi tersebut dianggap benar tanpa harus berhati-hati.

Namun jika informasi tersebut berasal diluar kelompoknya dan bertentangan dengan informasi yang diyakini benar, maka informasi tersebut mesti sangat dicurigai. Bahkan tidak akan dipercaya dan diyakini sebagai informasi yang salah, meskipun terdapat data dan fakta yang benar.

Orang yang memiliki mental bigot, seringkali tidak bisa membedakan mana informasi, propaganda, mana informasi yang harus di ambil dan tidak. Sehingga hal demikian menyebabkan dirinya mudah terjangkit gejala kedengkian dan hasutan yang disebabkan karena pemikiran yang sempit, intoleransi dan tidak adanya ruang bagi orang yang berbeda dengannya. Sehingga hal tersebut sangat rentan memicu konflik dengan keluarga, kerabat, teman, lingkungan sosial dan setiap orang yang memiliki perbedaan dengan dirinya.

Lebih parahnya, dikarenakan media sosial memiliki karakteristik bisa menjangkau khalayak luas dan masif. Tidak menutup kemungkinan mental bigot ini akan mudah “menular” pada pengguna media sosial lainnya, dengan atau tanpa disadari. Sehingga media sosial hanya berisi konten menyesatkan yang berisi berita hoaks dan berbau fitnah.

Profesor komunikasi, Adam G. Klein pun mengatakan bahwa “kecepatan perjalanan online itu menakjubkan”. Sehingga hal tersebut menunjukan, jika mental bigot masih dimiliki oleh masyarakat Indonesia, khususnya pengguna media sosial, maka tentu akan melahirkan perpecahan antar golongan.

Padahal dalam agama islam sendiri terdapat ayat yang menyebutkan bahwa keberagaman itu sesuatu yang pasti, dan tuhan menciptakan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku.

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal…” (QS Al-Hujurat: 13)

Dalam ayat tersebut dipahami bahwa keberagaman dan perbedaan itu pasti terjadi, bahkan merupakan sunatullah. Seharusnya perbedaan yang ada dijadikan sebagai keberkahan dan keindahan untuk saling mengenal, sehingga tercipta Bhineka Tunggal Ika. Bukan malah menjadi sebuah masalah dan dimusuhi, seperti yang dilakukan oleh orang bermental bigot yang kadang sempit dalam memandang kebenaran.

Apakah anda memiliki ciri-ciri orang bermental bigot? Jika iya, mari segera lenyapkan! Dan mulailah menjadi pribadi yang menebarkan segala hal yang positif demi terawatnya kebhinekaan Indonesia!

*Siti Resa Mutoharoh

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

RECENT POSTS
ADVERTISEMENT
Our gallery