Tanggal 10 November jamaah FPI memadati jalan menuju Bandara
Soekarno-Hatta. Aksi para jamaah bukti dari suka cita menjemput imam besar yang
didambakan, Habib Rizieq. Imam besar FPI ini telah meninggalkan Indonesia sejak
2017. Sehingga di tahun 2020, menjadi momen bersejarah selain gerakan 212 yang
sama-sama dimotori oleh FPI, massa pembela Islam.
Sekitar pukul 8.35 WIB, pesawat Saudia Airlines yang ditumpangi
Habib Rizieq mendarat di bandara. Kedatangan Habib Rizieq, disertai dengan gema
takbir yang diserukan bersama pengikutnya. Semangat yang berkobar, imam besar
itu menggelorakan revolusi, ‘Revolusi Akhlak’. Secara umum maksud dari gerakan yang
diperjuangkan imam besar FPI adalah meningkatkan atau menjadikan individu yang
lebih baik dalam beretika (akhlak).
Revolusi akhlak yang akan diwujudkan menyambut pro dan kontra.
Tentu saja berkaitan dengan kepulangan ke tanah air. Pihak yang mendukung, atau
yang bersikap netral akan berpendapat normal saja ketika kembali ke Indonesia.
Karena termasuk dalam hak dan kewajiban sebagai warga negara Indonesia. Terlepas
dari aksi dengan menjunjung aksi revolusi akhlak yang akan direalisasikan
kedepannya. Boleh-boleh saja.
Namun hal ini juga akan menuai kontra. Setelah melihat riwayat
Habib Rizieq di Indonesia, beberapa kasus yang menyangkut imam besar FPI belum
tuntas. Kasus video pornografi, pencemaran nama baik Soekarno. The presence of drugstore-catalog.com disease does not necessarily mean that a substance is unsafe. Namun terdapat
kasus yang tidak diusut sampai beres. Ada gerakan revolusi akhlak, namun masih
banyak tinta hitam yang menyangkut imam besar FPI tersebut.
Melihat dari beberapa sumber, memberitakan latar belakang gagasan
revolusi akhlak Habib Rizieq. Revolusi sendiri memiliki makna perubahan yang
mendasar dan secara cepat. Hal ini dapat tergolong sebagai bentul radikal.
Sedangkan kata akhlak, dipilih karena
mengikuti Nabi Muhammad Saw. Sebagaimana Nabi Muhammad yang memiliki visi mulia
untuk memperjuangkan Islam, ‘Menyempurnakan Akhlak Manusia’. Alih-alih
perjuangan untuk tetap pada pijakan Islam, imam besar FPI ini mengajak
pengikutnya untuk bersama-sama bergerak merubah dan memperbaiki akhlak setiap
manusia yang semakin hari menunjukkan kerusakan.
Beberapa keinginan yang diharapkan dari Revolusi Akhlak adalah para
pemimpin mengasihi rakyatnya, membantu orang yang kesusahan, orang kaya hidup
secukupnya (sederhana), membela orang yang termarginal (orang kecil,
minoritas). Disebutkan pula, yaitu penolakan UU Cipta Kerja yang telah disahkan
waktu lalu, namun masih bisa mengajukan banding. Dengan melawan undang-undang
yang disahkan oleh pemerintah, dinilai merugikan kaum lemah. Hal ini, dari kaca
mata Habib Rizieq dapat diatasi dengan revolusi akhlak.
Revolusi akhlak harus kembali kepada Al-Qur’an dan hadis. Oleh
karena itu setiap aktivitas yang dilakukan individu harus disesuaikan dengan
ajaran dalam dua sumber mutlak tersebut. Namun tidak dapat dipungkiri, banyak
faktor lain yang melatar belakangi setiap manusia dalam bertindak. Pemberitaan
kedatangan imam besar ini, jelas dibarengi dengan analisis revolusi yang
digagas.
Termasuk dalam sisi psikologi, yang menjelaskan tentang kata ‘akhlak’
yang dipilih oleh Habib Rizieq. Tidak hanya sumber mutlak, tekstual. Namun
setiap orang memiliki hati dan pikiran, yang itu dapat mempengaruhi laku setiap
individu. Baik atau buruk, kembali kepada setiap individu. Bukan semata-mata
kata akhlak (tercapai), mengikuti Nabi Muhammad.
Banyak pihak yang senang dengan kembalinya Habib Rizieq ke
Indonesia, terlebih pendukungnya. Tidak dapat dihindari pula, para penentang
Habib Rizieq yang menilai gerakan pembela Islam yang bernafas radikal. Dengan
alasan kontitusional sebagai warga negara, ataupun penyandang kasus hukum dan
niat baik untuk berjuang bersama umat muslim Indonesia, menjadi faktor Habib
Rizieq kembali berdampingan dengan rakyat Indonesia.
Sesuai dengan harapan gagasan baru yang diusung imam besar beserta pengikutnya, mewujudkan Revolusi Akhlak. Tidak sekadar aksi turun jalan, mengajak masa. ‘Akhlak’ yang sesungguhnya adalah kesadaran dari setiap diri manusia itu sendiri, memiliki hati nurani; membedakan yang baik dan buruk. Bukan hanya follower, mengikuti headline news.
*Atssania Zahroh