free page hit counter
Blogging Should Be Fun !

Emosional Bisa Kalahkan Terorist ???

Pelatihan Duta Damai Dunia Maya 2017 hari ke -2, Selasa (11/4/2017) mulai diisi dengan serangkaian materi, salah satunya mengenai ‘Sejarah, Peta Jaringan dan Perkembangan Terorisme di Indonesia’ oleh Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Brigjen. Pol. Hamidin.

Ia menyampaikan secara jelas mengenai bagaimana sejarah terorisme menyebar di Indonesia. Menurutnya terorisme muncul di Indonesia sejak zaman orde lama, yaitu pada saat kepemimpinan Presiden Soekarno. Sehingga tidak heran jika saat ini Indonesia berstatus akut terorisme.

Sudah puluhan tahun terorisme berkembang di Indonesia. Pada tahun 1957, tepatnya 13 September Presiden Soekarno hampir mati di Cikini. Tragedi ini terkenal dengan Tragedi Perguruan Tinggi Cikini. Penyebabnya adalah ketidak cocokan dengan kepemimpinan Soekarno. Kasus selanjutntnya pada tanggal 18 Mei 1986, yaitu terjadi penyerangan ke empat kedubes Indonesia di luar negeri.

Dalam pemaparannya, Hamidin juga menyampaikan mengenai terorisme saat ini yang erat kaitannya dengan islam. Seperti salah satu aliansi yang berkembang pesat saat ini yaitu Al-Qaedah, yang merupakan salah satu aliansi yang menjunjung tinggi negara islam. Kelompok ini berkembang sejak 1993 dengan tokohnya, yaitu Abu Bakar Baasyir.

“Sejauh ini, Indonesia sudah bergerak cepat dalam meminimalisir atau menekan serangan dari anggota atau teroris yang berkedok islam. Khususnya BNPT sekarang sedang menggencarkan pendekatan emosional pada teroris yang berhasil ditangkap dan direhabilitasi,” ujarnya.

Ia juga menambahkan bahwa, terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan dalam rangka pencegahan terorisme, seperti menyelami latar belakang para teroris, memberi nilai-nilai positif khususnya ajaran Agama. Meski tidak menutup kemungkinan masih ditemui teroris yang melancarkan misinya dengan label islam, padahal mereka belum bisa beribadah dengan benar.

Membunuh para teroris bukan satu-satunya solusi yang terbaik dalam meminimalisir terorisme. Mereka mempunyai jaringan, penerus, bahkan anaknya sendiri. Sekarang yang menjadi satu-satunya bukan kasus terorisme saja. Tapi upaya untuk kedepan, sehingga generasi selanjutnya siap tidak berpengaruh terorisme,” pungkasnya. [Atssania Zahroh/ Bhinneka].

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

RECENT POSTS
ADVERTISEMENT
Our gallery