free page hit counter
Blogging Should Be Fun !

Mudik Online : Menjaga Diri dan Ketahanan Keluarga

Pemerintah telah menghimbau seluruh warga Indonesia untuk tidak mudik di masa penyebaran covid-19. Himbauan ini sebagai bagian integral dari protocol penanganan wabah ini. Bahkan, secara resmi himbauan ini bersifat larangan mudik untuk anggota TNI, POLRI dan ASN. Beberapa daerah tampak sudah menjalankan penjagaan ketat terhadap warga perantau yang pulang ke daerah masing-masing. Beberapa media massa menyebutkan bagaimana ketatnya penjagaan daerah dari para pemudik, terutama yang berasal dari zona merah covid-19.

Amatan penulis menemukan kampanye untuk tidak mudik dilakukan oleh beberapa kepala daerah. Misalnya, Ridwan kamil, Gubernur Jawa Barat, membuat videocampaign berisi himbauan kepada warga masyarakat Jawa Barat dari daerah redzone untuk tidak mudik ke kampung halamannya. Seperti disampaikan, himbauan untuk tidak mudik sebagai bagian integral antisipasi penyebaran penyakit pandemik ini. Pun halnya, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Tri Risma, dan beberapa kepala daerah lainnya serempak menyatakan penjagaan ketat bagi para perantau yang memaksakan untuk mudik ke kampung halamannya masing-masing.

Pada dasarnya, mudik adalah satu tradisi di kalangan masyarakat tanah air untuk melepas rindu kepada kampung halaman dan sanak famili. Mudik menjadi tradisi rutinan yang dilaksanakan hampir di seluruh bagian tanah air, terutama bagi warga masyarakat yang bekerja di beberapa kota besar. Arus mudik yang padat terjadi menjelang peringatan hari raya agama, terutama pada saat lebaran Iedul Fitri bagi umat Islam. Momentum ini berlangsung menjelang kedatangan bulan Ramadhan sampai dengan menjelang Iedul Fitri. Tampaknya, kebijakan pemerintah dalam menghimbau dan melarang warga masyarakat untuk mudik sebagai wujud antisipasi adanya keramaian dan kepadatan di masa pandemik penyakit covid-19. Sebab, penyebaran wabah covid-19 berlangsung dengan cepat dan siapapun dapat terkena penyebaran virus ini. Sementara, tradisi mudik adalah tradisi berkumpul yang sarat dengan keramaian dan kepadatan.

Mudik di Era Konvergensi Media

Era konvergensi media menawarkan cara baru dalam proses komunikasi sosial masyarakat. Teknologi informasi dan komunikasi supercanggih memungkinkan keterhubungan secara global (global connected). Berbagai varian alat teknologis memungkinkan setiap orang terhubung dalam sebuah ruang interaksional secara virtual. Ruang digital ini dikenal dengan istilah cyberspace, sementara masyarakat yang terbentuk dalam ruang mayantara ini dikenal dengan istilah cybercommunity atau virtual community. Yakni, sebuah masyarakat yang terhubung secara global melalui proses komunikasi berjejaring, terpisah secara fisik dan terhubung melalui jaringan internet.  

Jaringan masyarakat virtual terhubung melalui media komunikasi. Internet menjadi medium yang mampu menghubungkan kebutuhan dan kepentingan masyarakat dalam berkomunikasi. Kehadiran internet menghadirkan istilah baru dalam konteks komunikasi manusia, yakni komunikasi yang dilakukan melalui media CMC (computer mediated communication). Istilah CMC pertama kali ditemukan dalam novel neuromancer karya William Gibson pada 1984. Istilah ini untuk merepresentasikan proses komunikasi sosial yang berlangsung dalam kehidupan manusia yang semula mengandalkan pola face to face atau komunikasi langsung, menjadi komunikasi bermedia. Dalam pandangan Gibson, kehadiran komputer memberikan pengaruh signifikan dalam kehidupan manusia.

Licklider dan Taylor (1990) menyatakan setidaknya ada empat kontribusi komputer dalam proses komunikasi manusia, antara lain pertama, komunikasi komputer dipandang sebagai proses interaksi yang kreatif; kedua, feedback atau respons dalam komunikasi komputer serba cepat; ketiga, komunikasi melalui komputer akan membentuk jaringan yang lebih besar; dan keempat, masyarakat akan terbentuk berdasarkan kepentingan umum. Tentunya, apa yang diramalkan William Gibson dan apa yang didefinisikan oleh Licklider dan Taylor menunjukkan bagaimana perubahan sosial yang signifikan dalam struktur interaksi manusia yang berlangsung secara bermedia. Komputer yang dikawinkan dengan teknologi internet memungkinkan cara baru dalam proses interaksi dan komunikasi manusia. Termasuk kaitannya dengan tradisi mudik.

Tradisi mudik dalam kajian komunikasi dipandang sebagai ruang interaksional dan komunikasional secara sosial. Mudik menjadi tradisi yang berlangsung untuk mencurahkan segenap perasaan dengan orientasi memujudkan kesadaran sebagai komunitas sosial di antara masyarakat. Mudik mensyaratkan adanya kontak dan komunikasi secara langsung. Atas dasar inilah, mudik menjadi momentum yang berharga bagi sebagian besar manusia yang merantau jauh dari kampung halaman dan sanak famili.

Himbauan pemerintah untuk tidak mudik di masa penyebaran wabah covid-19 ini menjadi kebijakan dilematis dalam proses komunikasi sosial. Di satu sisi, mudik menjadi momentum menghangatkan kesadaran komunal dan kohesivitas sosial, di sisi lain himbauan dan larangan mudik menjadi ideal sebagai langkah preventif dan antisipatif dalam penyebaran wabah ini. Tampaknya, komunikasi bermedia dapat menjadi pilihan pengganti mudik secara ofline dan digantikan dengan cara kerja daring (online). Komunikasi bermedia melalui aplikasi video call whatsapps, messenger, skype, line, dan berbagai akun media sosial lainnya, secara substantif dapat dijadikan ruang melepas perasaan kerinduan kepada sanak famili, walaupun tidak mampu menggantikan momentum mudik di ruang nyata.

#dirumahaja: Menjaga Diri dan Ketahanan Keluarga

Kampanye dan gerakan #dirumahaja menjadi ideal dan berselaras dengan himbauan #tidakmudik. Penyakit pandemik covid-19 menyebar dengan cepat dan dapat hinggap pada siapapun. Analisa medis menyimpulkan bahwa keramaian, kepadatan dan berhimpunya manusia dalam skala besar memudahkan proses penyebaran penyakit ini. Atas dasar ini, penguatan paket kebijakan protocol covid-19 mengharuskan adanya pembatasan pergumulan dan penghimpunan manusia tidak lebih dari 4 orang.

Gerakan #dirumahaja dan #tidakmudik selama masa pandemik global adalah ikhtiar yang harus dilakukan untuk menjaga diri dan menguatkan ketahanan keluarga. Masyarakat sebagai warga merantau dari daerah-daerah zona merah penyebaran covid-19 dikhawatirkan menjadi curier yang membawa virus ini. Oleh sebab itu, ikhtiar menjaga diri dan ketahanan keluarga di tengah wabah penyakit ini menjadi ideal dan hendaknya ditaati oleh berbagai elemen masyarakat. Sebab, kalimat quu anfusakum wa ahlikum naroon dalam pedoman utama umat manusia dapat dijadikan sebagai panduan dalam menjaga diri dan keluarga dari berbagai kemadharatan kondisi yang dapat merusak keutuhan jiwa manusia. Semoga Indonesia Bisa!

*Ridwan Rustandi

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

RECENT POSTS
ADVERTISEMENT
Our gallery