Sejak dinyatakan sebagai pandemi (Skala penyebaran penyakit yang terjadi secara global di seluruh dunia) oleh World Healt Organization (WHO) pada bulan Maret 2020, hingga saat ini kasus infeksi Corona Virus Disease (COVID-19) masih terus bertambah. Melansir dari data Worldometers, hingga Minggu (05/04/2020) pagi, tercatat sudah sebanyak 1.196.944 kasus di dunia dengan korban meninggal dunia 64.580 orang. Sedangkan di Indonesia, tercatat sebanyak 2.273 kasus yang terkonfirmasi positif terjangkit COVID-19 dengan jumlah korban meninggal dunia sebanyak 198 orang.
Meski virus terus menyabar, sebanyak 246.110 orang di dunia dinyatakan sembuh (Recovered), termasuk di Indonesia, sudah terdapat 164 orang berhasil sembuh dari virus yang bermula dari kota Wuhan, Provinsi Hubei, China tersebut. Sembuhnya para pasien terinfeksi virus, tentu berkat jerih payah pahlawan yang berada digaris terdepan, yang bekerja dengan ketulusan membantu melawan virus corona, yaitu tim medis.
Ketika pandemi ini terus menyebar dengan ganas, terdapat tim medis (Para dokter, perawat, paramedis dan semua tenaga medis di rumah sakit) yang berada di garda terdepan, menolong pasien dengan bertaruh nyawa. Pasalnya, sebagai orang yang bersentuhan langsung dengan para pasien terinfeksi virus corona, mengakibatkan tim medis menjadi orang yang sangat rentan menjadi korban. Bahkan, pada 1 April silam, tim gugus COVID-19 DKI Jakarta mengumumkan, sudah terdapat 84 tenaga medis positif terjangkit dan tiga orang meninggal dunia.
Ditengah pandemi ini, tim medis harus bekerja ekstra hati-hati. Dalam menangani pasien, mereka harus menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) hingga berjam-jam lamanya, yang tidak jarang mengakibatkan sesak karena APD yang dipakai tidak mempunyai sirkulasi udara yang baik. Mereka juga harus menahan diri untuk tidak pergi ke kamar mandi, karena proses lepas pasang APD yang cukup menyulitkan. Selain melindungi diri, tim medis masih harus melindungi keluarga tercinta agar tidak tertular. Tidak jarang, mereka rela tidak pulang kerumah dan tidak bertemu keluarga karena khawatir menularkan virus. Setelah bertaruh nyawa, masih harus juga menahan diri untuk tidak bertemu sanak keluarga dirumah. Dedikasi penuh terus mereka berikan, demi kemanusiaan.
Maka dari itu, mari kita yakinkan bahwa mereka, tim medis, tidak sendirian. Ada aku, kamu dan kita semua yang siap diam dirumah, demi diri sendiri dan untuk tenaga medis yang sedang berjuang di garda terdepan agar tidak kewalahan.
Menegaskan Kembali Peran Khalifah di Tengah Pandemi COVID-19
Ditengah pandemi ini pun, kita mesti terus tersadar bahwa manusia diamanahi sebagai khalifah yang memiliki tanggung jawab untuk memelihara, menjaga, merawat dari berbagai macam hal yang akan merusak bumi dan seisinya, termasuk ketika hadirnya virus corona seperti saat ini.
Dengan bermodalkan akal yang Tuhan berikan, sudah sepatutnya manusia mesti melakukan apapun, mengambil peran sekecil apapun, sebisa yang dilakukan, agar bumi dan seisinya tetap baik-baik saja. Terlebih, sebagai pembuktian bahwa manusia memang benar-benar bisa menjalankan amanahnya sebagai khalifatan fil ardl.
Jika tim medis saat ini sudah menjadi panglima putih dalam memerangi COVID-19, maka sebagai salah satu bukti tanda terima kasih kita kepada mereka yang telah menaruhkan nyawa, salah satunya dengan #dirumahaja. Sebab untuk saat ini, opsi #dirumahaja adalah salah satu bentuk kontribusi yang harus dilakukan agar bumi dan seisinya lekas membaik, kembali pulih, menjadi bumi yang menyenangkan dan menenangkan.
Namun tentunya, bagi para tim medis yang masih tetap harus berjuang hingga virus ini usai, maka do’a terbaik dan dukungan, baik moril maupun materil harus terus kita berikan.
Terima kasih tim medis! Telah menjadi panglima putih dalam memerangi COVID-19. Kami salut dan bangga kepadamu! Semoga Tuhan memberikan kekuatan lahir batin, sehingga menjadi jalan kesembuhan bagi orang-orang yang sedang di uji.
Mari sama-sama bahu membahu menyembuhkan Indonesia, menyembuhkan dunia.
*Siti Ressa