DUTADAMAIJAWABARAT – Maulid Nabi konon kabarnya pertama kali diadakan oleh Sultan Shalahuddin Al Ayyubi dengan tujuan untuk meningkatkan semangat jihad kaum muslimin dalam rangk menghadapi perang salib melawan kaum Salibis dari Eropa dan merebut Yerussalem.
Terlepas dari hal di atas, sebagai umat Islam, tentunya harus menjadikan rasulullah SAW sebagai suri tauladan. Kata suri tauladan pun disematkan kepada Muhammad SAW dalam Al-Quran surat Al-Ahzab ayat 21 yang artinya:
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah”.
Di Indonesia, Maulid Nabi menjadi salah satu perayaan hari besar dalam Islam. Di tengah keberagaman yang ada, Maulid Nabi mengajarkan bagaimana seorang muslim untuk bertindak dan berperilaku sebagaimana mestinya.
Apabila ayat di atas disebutkan bahwa ada suri tauladan yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah, maka sebagai umat Nabi Muhammad, seorang muslim pun harus meniru perilaku yang sudah diajarkan oleh Rasulullah.
Sikap meneladani akhlak Nabi Muhammad SAW harus ditingkatkan dengan turut mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Rasulullah SAW pun mencontohkan bagaimana merawat persatuan dan kesatuan masyarakat madinah dahulu.
Selain sebagai seseorang yang menjalankan misi kenabian, Muhammad SAW juga adalah seorang yang begitu peduli terhadap kehidupan masyarakat saat itu. Maka bukan tidak mungkin, sematan sebagai seorang kepala negara pun berhak disandingkan kepada sosok Rasulullah SAW terlebih saat membangun peradaban di Madinah.
Dalam membangun Madinah, Rasulullah SAW tetap menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan tanpa mendiskreditkan pihak yang lain. Artinya, Rasulullah SAW telah mengajarkan kepada umatnya untuk selalu menghormati dan menghargai segala bentuk perbedaan yang ada sekalipun itu dalam aspek keyakinan.
Indonesia, sebagai negara yang memiliki beragam keyakinan, suku hingga budaya, harusnya bisa tetap hidup rukun dan damai. Terlebih lagi bila mana mengaku sebagai umat Islam, maka sudah sepantasnya untuk mencontoh bagaimana Rasulullah SAW membangun prinsip wasathiyah di Madinah.
Oleh sebab itu, momentun Maulid Nabi yang ada di Indonesia harus menjadi perekat nilai-nilai kebangsaan. Dengan begitu, Negara Kesatuan Republik Indonesia akan senantiasa tentram dan damai.
Penulis: Husni Abu Bakar