Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keberagaman suku, bahasa, budaya, agama, dan ras, yang mana hal demikian menyebabkan Indonesia menjadi negara kesatuan. Perbedaan-perbedaan tersebut tentu disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya letak strategis wilayah Indonesia yang dihimpit oleh samudera hindia dan pasifik, benua asia dan afrika, serta merupakan wilayah yang menjadi lintas perdagangan internasional yang tak jarang membawa adat istiadat dari negaranya masing-masing.
Kondisi negara Indonesia yang memiliki sekitar 13.466 pulau yang secara fisik terpisah pun, melahirkan berbagai suku, budaya, bahasa yang berbeda. Selain itu, perbedaan kondisi alam seperti daerah pantai, lereng gunung, padang rumput, rawa, dan laut mengakibatkan perbedaan dalam masyarakat Indonesia pun tercipta. Tak terkecuali, perbedaan alat tranformasi, alat komunikasi, makanan dan perbedaan penerimaan masyarakat terhadap perubahan pun, menjadikan banyaknya faktor keberagaman negara Indonesia.
Apabila diibaratkan dalam sajian khas kuliner nusantara, maka potret kebaragaman Indonesia cocok disebut sebagai gado-gado. Ya, gado-gado! Gado-gado merupakan salah satu makanan tradisional khas Indonesia, yang dalam pembuatannya menggabungkan berbagai macam bumbu rempah-rempah, saus kacang dan beragam sayur mayur, sebagai representasi makna Indonesia yang kaya akan pangan dan agrarisnya.
Selain terdapat kacang tanah, bawang putih, terasi, garam, cabai, dan gula merah, dalam sajian bumbu gado-gado pun memerlukan air supaya keberagaman bahan-bahan tersebut bisa melebur dalam satu nama, saus kacang. Kemudian, berbagai macam sayur-mayur seperti selada, kubis, bunga kol, kacang panjang, taoge, kentang, mentimun dan tambahan sayuran yang beragam warna lainnya ikut melebur, sehingga bisa melahirkan sajian yang nikmat dan lezat hanya karena bersama-sama, yaitu gado-gado.
Dalam beberapa sumber sejarah menyebutkan, gado-gado merupakan makanan tradisional yang berasal dari Betawi, yang muncul sekitar pada tahun 1940-1950, dengan alasan bahwa pada tahun tersebut terdapat judul lagu “Gado-gado Betawi” yang dipopulerkan oleh Ivo Nilakreshna. Meski dianggap sebagai makanan khas tradisional Betawi, namun saat ini gado-gado sudah mulai banyak ditemui di beberapa daerah di Indonesia dengan ciri dan khasnya masing-masing, seperti gado-gado Padang yang pedas dan gurih, gado-gado Sidoarjo yang khas dengan tambahan bumbu petis, gado-gado Surabaya dengan penyajian tomat dan selada yang melimpah.
Terlepas dari mana asal muasalnya, gado-gado mengajarkan kita bahwa dengan keberagaman yang dimiliki, sebagai masyarakat Indonesia kita tidak akan mungkin bisa berkembang bila hanya berjalan sendiri-sendiri. Namun sebaliknya, apabila perbedaan tersebut disatukan dalam satu rasa, maka kenikmatanlah yang akan didapat, sebagaimana tercermin dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi tetap satu, yaitu Indonesia.
Masyarakat Indonesia pun mesti bisa berkaca bahwa keberagaman merupakan warna-warni kehidupan yang tidak bisa kita hindari. Jika kenikmatan didasarkan pada kesamaan asal usul, bahasa, ras, agama, budaya, maka tidak akan lahir apa yang disebut dengan Indonesia. Dalam kehidupan sehari-hari, baik bergaul dengan teman bermain, teman sekolah, teman bekerja dan dengan siapapun, kita mesti menerima terhadap kebiasaan yang berbeda dengan kebiasaan kita dan tidak merasa bahwa kebiasaan (kebudayaan) kitalah yang lebih baik daripada yang lain.
Selain itu, kita mesti meyakini bahwa keberagaman merupakan anugerah Tuhan yang menjadi kekayaan negara Indonesia, bukan malah menjadi celah untuk memecah belah antar golongan. Pasalnya, jika kelezatan gado-gado pun berasal dari beragam bahan dan warna sayur mayur yang berbeda, maka Indonesia pun demikian, keindahannya tidak akan terasa jika hanya memiliki satu jenis suku, budaya, ras saja.
Mari Kita Rayakan Keberagaman!
*Siti Resa Mutoharoh