free page hit counter
Blogging Should Be Fun !

VAKSIN (Halal atau Haram, Berbahaya atau Aman)

Wabah atau penyakit menular, sudah dikenal sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Pada masa itu, wabah yang cukup dikenal adalah pes dan lepra. Nabi pun melarang umatnya untuk memasuki daerah yang terkena wabah, apakah itu pes, lepra, maupun penyakit menular lain.

Rasulullah bersabda, “Jika kalian mendengar tentang wabah-wabah di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi jika terjadi wabah di suatu tempat kalian berada, maka janganlah kelian meninggalkan tempat itu,” (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).

Upaya untuk mencegah penyebaran wabah sudah ada sejak zaman dlu termasuk yang sudah kita kenal dengan sebutan karantina atau lockdown, termasuk upaya penyembuhannya. Sampai sekarang pemerintah belum menemukan obat untuk wabah virus corona atau covid-19, akan tetapi pemerintah tidak henti-hentinya melakukan upaya pencegahan salah satunya mendatangkan vaksin dari sinovac.

CoronaVac adalah vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh perusahaan biofarmasi Tiongkok, Sinovac. Sejak pertengahan tahun 2020, calon vaksin ini menjalani penelitian klinis tahap III, dan penggunaan darurat yang saat ini berlangsung di Brasil, Chili, Indonesia, dan Turki. CoronaVac menggunakan teknologi serupa, tetapi lebih tradisional, dibandingkan dengan BBIBP-CorV dan BBV152, vaksin virus inaktif COVID-19 lainnya yang juga sedang dalam uji coba tahap III.

Sejalan dengan di izinkannya penggunaan darurat di indonesia oleh WHO, ternyata vaksin Sinovac ini menuai kontroversi terkait penggunaannya, Masyarakat yang mayorita muslim di indonesia mulai menanyakan kehalalal Sinovac ini.

Untuk memberikan rasa percaya dan aman kepada masyarakat seperti yang telah kita ketahui Presiden Jokowi merupakan orang pertama yg di vaksin beserta relawan lainnya pada hari rabu (13/1/2021) .

Namun bagaimana sebenarnya hukum vaksin dalam pandangan Islam ?

Perlu kita ketahui bahwa ternyata MUI sudah mengeluarkan fatwa tentang hukum vaksin covid-19 dari sinovac itu sendiri, MUI mengeluarkan fatwa bahwa faksin ini halal dan suci

“kemudian terkait dengan aspek kehalalan, setelah d lakukan diskusi yang cukup panjang dari hasil penjelasan dari tim auditor, maka komisi fatwa menyepakasi bahwa vaksin covid-19 yang d produksi oleh sinovac yang diajukan oleh Bio Farma hukumnya suci dan halal, ini yang terkait dengan aspek kehalalannya,” barikut pernyataan ketua MUI Bidang Fatwa dan Urusan Halal, Asrorun Niam Sholeh, Melalui akun youTube TV MUI, jum’at (8/1/2021)

Dari pernyataan tersebut kita telah mengetahui bahwa vaksin sinovac ini sudah terbukti d nyatakan halal dan suci, so bagi kita kaum muslim tidak usah di ragukan lagi halal atau tidaknya.

Selain kontroversi halal dan haram, efek samping juga menjadi salah satu ketakutan masyarakat akan vaksin ini, d tambah banyaknya HOAX yang beredar.

6 Hoax Tentang Vaksin yang Sudah Terbukti

Hoax tentang vaksin banyak beredar di masyarakat. Kabar yang menyesatkan tersebut membuat sejumlah masyarakat memilih untuk tidak memberikan vaksin kepada anak mereka. Penting bagi Anda untuk mengetahui fakta-fakta dari hoax yang beredar agar anak Anda tetap terlindungi dari berbagai penyakit.

Apa saja hoax tentang vaksin yang sering beredar?

“Vaksin tidak aman dan punya efek samping yang merugikan”

Fakta: Vaksin aman digunakan untuk manusia.

Semua vaksin yang memiliki izin telah diuji berkali-kali sebelum diperbolehkan untuk digunakan pada manusia. Peneliti juga selalu memonitor setiap informasi yang didapat mengenai efek samping yang muncul setelah pemberian vaksin.

Sebagian besar efek samping yang timbul setelah pemberian vaksin hanyalah efek samping yang ringan. Penderitaan yang dialami oleh karena penyakit yang sebenarnya bisa dicegah dengan vaksin lebih berat dibandingkan pemberian vaksin itu sendiri.

“Vaksin tidak alami”

Fakta: Vaksin menggunakan respon alami manusia terhadap penyakit untuk memicu sistem pertahanan tubuh manusia. Sebagian orang percaya bahwa pemberian vaksin tidak alami, dan jika seseorang terinfeksi penyakit secara langsung akan memberikan kekebalan tubuh yang lebih kuat. Namun, jika Anda lebih memilih untuk menderita penyakit tertentu agar mendapat kekebalan dan tidak dilakukan vaksin,  justru Anda harus menerima konsekuensi yang lebih serius.

Penyakit seperti tetanus dan meningitis dapat membunuh Anda, sedangkan vaksin dapat ditoleransi dengan baik oleh tubuh dan efek samping yang ringan. Dengan perlindungan vaksin, Anda juga tidak perlu merasakan penderitaan karena penyakit untuk mendapatkan kekebalan sekaligus menghindari komplikasi yang terjadi akibat penyakit.

“Vaksin menyebabkan autisme”

Fakta: Pada tahun 1998 terdapat sebuah penelitian yang mengatakan bahwa terdapat kemungkinan hubungan antara pemberian vaksin MMR dengan autisme, namun ternyata penelitian tersebut salah dan hanyalah sebuah penipuan. Penelitian tersebut telah ditarik dari jurnal yang mempublikasikannya pada tahun 2010.

Sayangnya, hal tersebut sempat membuat kepanikan pada masyarakat sehingga pemberian vaksin berkurang dan muncul wabah. Tidak ada bukti ilmiah yang mengatakan ada hubungan antara vaksin MMR dengan autisme.

“Vaksin menyebabkan asma atau alergi”

Fakta: Tidak ada bukti ilmiah yang mengatakan bahwa pemberian vaksin dapat menyebabkan atau memperburuk penyakit asma atau alergi. Justru mereka yang menderita asma atau alergi dianjurkan untuk mendapat vaksin yang lengkap karena penyakit seperti pertusis dan flu dapat memperburuk kondisi asma. Pada beberapa orang memang dapat terjadi alergi pada pemberian vaksin, namun risikonya sangat rendah. Angka kejadian terjadinya alergi berat hanya 1 dari satu juta pemberian vaksin.

“Penyakit infeksi adalah hal yang normal, bagian dari pertumbuhan anak”

Fakta: Penyakit yang dapat dicegah oleh vaksin sebagian besar adalah penyakit-penyakit yang serius dan mematikan, namun berkat pemberian vaksin, penyakit-penyakit tersebut sudah jarang ditemukan. Sebelum pemberian vaksin, banyak penderita polio yang harus bernapas dengan alat bantu pernapasan, anak-anak yang saluran napasnya tersumbat akibat difteri, ataupun anak-anak yang mengalami kerusakan otak akibat infeksi campak!

“Vaksin mengandung pengawet yang beracun”

Fakta: Setiap vaksin mengandung pengawet untuk mencegah pertumbuhan bakteri ataupun jamur. Pengawet yang paling sering digunakan adalah thiomersal yang mengandung ethyl mercury. Ethyl mercury sendiri tidak memiliki efek buruk terhadap kesehatan. Merkuri yang beracun adalah methyl mercury yang memiliki efek beracun terhadap sistem saraf manusia sehingga tidak digunakan sebagai pengawet.

Ethyl mercury sendiri telah digunakan sebagai pengawet vaksin selama 80 tahun lebih dan tidak ada bukti ilmiah yang mengatakan bahwa thiomersal yang mengandung ethyl mercury berbahaya. (Hellosehat.com,04/09/2020.)

Selain Presiden Jokowi, Rafi Ahmad yang merupakan Aktris sekaligus CEO Rans Entertainment juga ikut menjadi relawan penerima vaksin pertama sebagai perwakilan dari kaum milenial, dalam unggahan d Instagram pribadinya Rafi juga membagikan pengalamannya setelah menerima vaksin serta mengajak masyarakat agar tidak takut untuk di vaksin.

“Bersama Panglima TNI dan Kapolri. Ayo kita vaksin, jangan takut. Semoga kita sehat selalu,” tulis Raffi Ahmad dikutip dari akun Instagram @raffinagita1717, Rabu.

Sebagai warga negara yang baik dan taat akan hukum negara dan agama, maka sepantasnya kita mengikuti anjuran pemerintah untuk tidak takut di vaksin , selain itu juga dengan ada nya vaksin bukan bersrti covid-19 sudah aman,  vaksin merupakan sebuah upaya, jangan jadikan vaksin ini alasan untuk kita abai akan protocol kesehatan, selama masih berdampingan dengan covid-19 maka kita masih harus menjalankan 3 M, Mencuci tangan di air yg mengalir, Menjaga jarak, serta Memakai Masker.

*St Khodijah Al-Ayyubi

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

RECENT POSTS
ADVERTISEMENT
Our gallery